Penulis sore ini hendak membuat snapshot sekilas Lintas Gambaran Pekerja Proyek Pembangunan MRT (Mas Rapid Transit) di Jalan Fatmawati khususnya Stasiun MRT di Haji Nawi dekat Rumah tinggal Penulis dibilangan Gandaria Selatan Kompleks Deplu Cipete.
Para Pekerja dari Konstruksi Jalan Layang MRT Jalan Fatmawati adalah contoh dari Pekerja yang tidak kerja didalam ruangan gedung tertutup melainkan diluar gedung atau diluar lingkungan tertutup.Setelah Pembangunan MRT dari Stasiun Lebak Bulus, Jalan MRT sepanjang Jalan Simatupang, dan belok kekiri Jalan Fatmawati, Jalan Panglima Polim hingga Blok M, terus ke Jalan Sisinga Mangaraja, Jalan Jenderal Sudirman hingga Hotel Indonesia, maka kini tahapannya adalah pembuatan konstruksi beberapa Stasiun MRT termasuk Stasiun Haji Nawi, Jalan Fatmawati yang jelas akan merubah wajah dan bentuk lingkungan Transportasi di bilangan sepanjang Jalan Fatmawati.
Kita dapat amati bahwa Para Pekerjanya, bekerja diluar ruangan dan memakai pakaian kerja lapangan dengan memakai Topi Helm, Rompi pengaman, serta sepatu boots, sesuai dengan persyaratan keselamatan kerja dalam bidang Konstruksi Proyek Pembangunan MRT.
Base dari Para Pekerja MRT ini terlihat dibeberapa rumah yang disewakan di sekitar Kompleks dan Perumahan dsekitar Jalan Fatmawati, termasuk didepan Rumah Penulis yang hanya dijadikan sebagai Base Kantornya, karena kegiatan Para Pekerjanya adalah bekerja dilapangan Pemasangan Infrastruktur MRT, yang dibangun sepanjang Jalan Simatupang dari Lebak Bulus, belok ke Jalan Fatmawati. menuju Panglima Polim untuk nantinya nyambung ke Jalan Sisinga Mangaraja, Jalan Sudirman hingga ke Hotel Indonesia.
Dengan mengamati cara Para Pekerja MRT ini, mereka terlihat bekerja baik pagi siang hari sore hari hingga malam, sungguh sangat menarik apalagi dari kacamata orang awam seperti kita yang sangat mendambakan adanya Transportasi Masal Yang Cepat Aman dan bersih seperti MRT (Mass Rapid Transportation) ini, guna mencari solusi atas terjadinya kemacetan di Jalan-Jalan Ibukota Jakarta yang semakin parah, sehingga tidak ada cara lain kecuali dengan dibangunnya Infrastruktur MRT sebagai Alat Transportasi Masal yang nantinya harus terintegrasi seperti yang dibangun di Negara Jepang maupun Belanda yang sangat Nyaman Infrastruktur Transportasi Masal Publiknya.
Sebagai "Reaksi" dari Keparahan Kemacetan Lalu Lintas di Jakarta, maupun kesemerawutan managemen Lalu Lintas di Jakarta yang sudah terkenal diseluruh dunia, pada akhirnya Pemerintah Pusat maupun Pemerintah Daerah DKI, tentunya dengan persetujuan dari Legislative sudah mulai "Perduli" untuk mencari Jalan Keluar Terobosan Keparahan Lalu Lintas dengan mulai diadakan Trans Busway, yang kemudian disusul dengan Dibangunya MRT - mulai dari Stasiun Lebak Bulus menuju Jalan Simatupang, berbelok Ke Jalan Fatmawati terus menuju Jalan Panglima Polim, hingga ke Blok M dan menuju ke Jalan Sisinggama Raja dan Jalan Jenderal Sudirman hingga ke Hotel Indonesia.
Memang Indonesia sudah sangat ketinggalan lama selama ini, karena terindikasi bahwa dari dulu keberpihakan kepada Transportasi Masal Publik Yang Cepat Aman dan Nyaman tidak meniadi Agenda Utama dari Pemerintahan, dimana terindikasi bahwa Pemerintah selama ini kalah dengan "Lobbying Para Investor Mobil" dengan Para Pembuat Kebijakan Transportasi Publik Masal baik di Level Eksekutif maupun Legislatif di Indonesia termasuk di Jakarta, yang berakibat "Semakin Parah Macetnya" Kendaraan Lalu Lintas di seluruh daerah di Wilayah Jakarta.
Maka Insya ALLAH nantinya Rakyat di sebagian Jakarta Selatan ini akan dapat merasakan MRT atau Transportasi Masal Publik yang lancar aman dan nyaman, sehingga tentunya bisa hemat waktu maupun energi tidak terbuang berjam-jam di Jalanan yang Macet. Semoga... ....
Chiao
Jakarta 26 Januari 2018 direvisi 28 Januari 2018
Agung Supomo Suleiman