Wah, sudah lama, Penulis Blog
AgungSS Experimental Blog ini tidak menulis dan menjumpai Pembaca
melalui Blog ini. Hal ini terutama disebabkan saat ini Penulis seperti juga para penduduk lainnya sedang mengisolasi diri di rumah hampir 1 1/2 (Satu setengah) Bulan semenjak bulan Maret 2020, terkait
terjadinya penyebaran wabah Corona - Covid - 19 yang
telah diumumkan sebagai Pandemic diseluruh dunia
oleh WHO (World Health Organization).
Selama ini kita sebagai manusia pada umumnya, merasakan "taken for granted" "atau "menerima begitu saja" segala kenikmatan didunia, khususnya terkait kebebasan kita dapat bergerak dan ber-mobilitas baik naik sepeda, kendaraan umum, mobil, motor, maupun jalan kaki, baik sendiri maupun bersama-sama, tanpa adanya hambatan.
- Kita sangat prihatin dengan penyebaran Pandemic Corona - Covid - 19 ini diseluruh dunia dengan sangat cepat, dimana untuk setiap perkembangan dari hari ke hari dapat ditelusuri antara lain melalui Website : https://www.worldometters.info/coronavirus/
- Namun dengan terjadinya Out-Break atau Penyebaran wabah Pandemic Virus Corona - Covid - 19, maka berbagai Negara telah menerapkan berbagai ragam metode Jaga Jarak (Social Distancing), maupun ada sebagian negara menerapkan "Lock Down partial" maupun "Lock Down sebagian kota yang termasuk Zona Merah". Lock Down ini permulaan diterapkan oleh Pemerintah RRC di Kota Wuhan sebagai pusat Epicentrum dimulainya terjangkit dan penyebaran wabah Corona Covid - 19 ini pada sekitar bulan Desember 2019.
- Kita amati Swedia mengandalkan Herd Immunity, kesadaran dari masyarakat sendiri, dengan tujuan membentuk Kekebalan Bersama, guna melawan penyebaran Virus Corona ini, dimana kehidupan berjalan normal tanpa ada aturan pembatasan, kecuali larangan berkumpul tidak boleh lebih dari 50 orang.
Hal
yang mengejutkan terkait jumlah signifikan manusia yang
terkena dampaknya hingga tanggal 24 April 2020,
adalah negara maju seperti USA, dimana sesuai terbaca di
data Website : http://www.worldometers.info/coronavirus/ korban
manusia yang wafat hingga per tanggal 24 April 2020 di USA
mencapai lebih dari 50 ribuan, Perancis lebih dari 22 ribuan, Spanyol lebih
dari 22 ribuan, Italy 25 ribuan, German lebih dari 5 ribuan, Belgium
lebih dari 6 ribuan, Belanda Lebih dari 4
ribuan.
Namun menurut Para Ahli Peneliti sebenarnya tidak dapat dilakukan perbandingan riil antara satu dengan negara lainnya.
Hal ini menurut Para Ahli Penelitian terindikasi bahwa perbedaan Jumlah yang
terkena Virus Covid - 19, yang berbeda antara Negara, khususnya antara Negara Maju dan Negara yang berkembang adalah antara lain disebabkan kemampuan kecepatan melakukan pelaksaanaan
Test yang memadai sesuai Standard Protokol Kesehatan WHO, secara masal pada faktanya adalah berbeda satu dengan lainnya, tergantung jumlah ketersediaan Alat Test yang
memadai pemenuhan Standard WHO, misalnya di Korea Selatan sangat cepat Pelaksaan Testnya, karena memang alat testnya yang memadai dan memenuhi standard WHO sangat cukup.
- Selain itu menurut Para Ahli Peneliti, kenapa jumlahnya jauh berbeda, hal ini karena seperti di USA Amerika Serikat, perhitungan yang meninggal juga dihitung bukan hanya dari yang sudah diketahui positif Covid -19 melainkan, jika meninggal sedang dalam Pemantauan atau Pengawasan akan dimasukkan dalam jumlah angka Kematian karena Covid -19. Belum lagi jumlah yang dikarantina di rumah sendiri, karena tidak cukup memadainya daya tampung kapasitas jumlah menampung Pasien, karena Level positifnya ada yang berat, sedang, hingga ringan.
- Adapun jika yang meninggal dalam masa (Orang Dalam Pemantauan) ODP maupun (Pasien Dalam Pengawasan) PDP, dimana hasil Test Real Time (dengan PCR) belum keluar hasilnya, tidak dimasukkan dalam Laporan Daftar Pasien Meninggal karena Covid-19. Hal ini juga tidak termasuk yang meninggal, pada masa Penyebaran Covid -19, yang bukan atau tidak berada di Rumah Sakit rujukan, namun dimakamkan dengan Protokol Protap Pemakaman Korban Covid-19. Selain itu perhitungan kematian di Indonesia dihitung mulai bulan Maret 2020. Maka terlihat bahwa jumlah manusia yang telah ditest Rapid Test maupun PCR masih sangat terbatas dibandingkan dengan jumlah seluruh penduduk di Indonesia.
Hal diatas, tentunya membutuhkan waktu yang berbeda antara satu Negara dengan Negara lainnya untuk mengetahui kapan Puncak Kurva dari Penularan Terkena Penyebaran Covid-19. Para Ahli Epidemologi adalah yang mempelajari dan menguasai kecenderungan Kurva dari Penyebaran Virus Covid - 19, baik level Internasional maupun Nasional, dimana dalam Grafik Kurva terlihat adanya kenaikan penyebaran hingga mencapai Puncak Penyebaran selanjutnya akan terjadi penurunan.
- Dalam Era Globalisasi saat ini kita dapat memperoleh berita mengenai status laporan Covid 19 diberbagai belahan didunia ini melalui You Tube yang merupakan rekaman berita baik dari BBC, CNN, Al Jazeera, Global News, maupun berita TV dalam negeri antara lain TV One, I News, TVRI, Berita Satu, Kompas TV, Metro TV, sehingga kita dapat melakukan perbandingan cara penanganan Pencegahan dan Pengobatan Covid-19 antara satu dengan negara lain.
Kita amati bahwa setiap negara
masing-masing baru belajar menerapkan pengelolaan pencegahan dan
pengendalian penyebaran Covid 19, sesuai keadaan peta
kekuatan ekonomi, politik, keuangan baik dalam level negara maupun
tingkat masyarakatnya, yang berbeda satu dengan lainnya diberbagai
belahan didunia ini.
- Di Indonesia, yang berpenduduk lebih dari 250 juta, dimana penduduknya terpencar diberbagai kepulauan, terlihat bahwa Epicentrumnya adalah Jakarta, mengingat Jakarta sebagai Ibu Kota Negara Republik Indonesia menjadi Pusat Konsentrasi Penyerapan tenaga kerja, dari berbagai wilayah di Indonesia. Dengan banyaknya dirumahkannya karyawan, maupun tidak dapat beraktifitas Pekerja Lepas di Jakarta, maka terlihat bahwa banyak Penduduk yang berasal dari Luar Jakarta, yang telah balik ke kampung halamannya, yang secara tidak sadar menjadi Carrier atau Pembawa Wadah Covid - 19 ini kedaerah asalnya.
Di kota Jakarta per tanggal 23 April 2020,
sesuai data Website corona.jakarta.go.id disebutkan yang terkena positif adalah 3,605 dari
8,211 Kasus Positif secara Nasional, sehingga Jakarta adalah Epicentrum dari
Penyebaran Wabah Covid-19 di Indonesia.
- KETERBATASAN KETERSEDIAAN ALAT PELINDUNG DIRI BAGI TENAGA MEDIS.
Hal ini mengakibatkan banyak menelan korban
tenaga medis yang berada di Garda terdepan di Rumah - Sakit
rujukan, sehingga sangat rentan terkena penularan Covid 19 dari
Pasien yang ditangani.
- Kejadian nyata tragis ini tidak saja hanya dialami Negara Indonesia, melainkan juga dialami negara lain seperti di Inggris, Amerika Serikat, Spanyol, Italy, sebagaimana kita saksikan di berbagai berita dunia baik rekaman di You Tube maupun langsung dari Media TV BBC, CNN, France 24, DW maupun TV Lokal Indonesia. Lebih dari 200 negara terkena penyebaran Virus Covid 19 ini sebagaimana kita lihat di daftar List Negara yang tersebut di website : http://www.worldometers.info/coronavirus/
- Kita amati adanya polemik di Media Sosial mengenai apakah asal muasal munculnya Virus Covid 19 ini berasal dari (a) Pasar Kelelawar di Kota Wuhan ataukah (b) dari Laboratorium Virus di Kota Wuhan yang terletak lebih kurang 280-an meter dari Pasar Kelelawar di Wuhan. Terindikasi Negara Besar seperti Cina dan USA saling menyalahkan satu dengan lainnya, terkait asal muasal penyebaran Wabah Corona Covid - 19 ini.
- PILIHAN ANTARA PRIORITAS KESEHATAN - PENCEGAHAN PERLUASAN PENYEBARAN VERSUS MENYELAMATKAN EKONOMI.
Selain
dari Aspek kesehatan, kita juga amati bahwa diberbagai Negara didunia
mengalami tekanan ekonomi dan keuangan, akibat kebijakan
diharuskannya "Tinggal di Rumah (atau Stay at
Home)", Jaga Jarak (Social Distancing), guna
mencegah mata rantai penyebaran Wabah Pandemic Corona Covid -19 ini. Guna
menekan Kurva Meningginya Penyebaran Covid - 19, maka langkah yang di
Prioritaskan diambil adalah Melakukan Social Distancing atau Jaga Jarak baik
Sosial maupun Phisik, dimana antara lain di terapkan Lock Down Satu Kota atau
Negara, yang mengakibatkan terganggu atau terhentinya pergerakan Ekonomi,
karena semua kegiatan yang dapat berkumpulnya orang banyak di batasi atau
ditutup.
Maka terjadi dilema disetiap Negara dalam memilih Prioritas Yang Mana didahulukan. Hal ini jelas akan meningkatkan jumlah angka pengangguran maupun kemiskinan diseluruh dunia ini.
Maka terjadi dilema disetiap Negara dalam memilih Prioritas Yang Mana didahulukan. Hal ini jelas akan meningkatkan jumlah angka pengangguran maupun kemiskinan diseluruh dunia ini.
- Kita saksikan dari Rekaman You Tube di beberapa Negara Bagian USA, banyak masyarakatnya melakukan demonstrasi untuk menghentikan Lock Down antara lain di Washington, Ohio, Michigan.
- Adapun di Indonesia, dengan adanya kebijakan Tinggal Dirumah(Stay at Home), Jaga Jarak (Social Distancing), Kerja dari Rumah (Work From Home), atau di Indonesia dikenal dengan istilah "Pembatasan Sosial Berskala Besar (PSBB)" menyebabkan banyak pekerja harian informal yang kehilangan mata pencaharian akibat adanya PSBB ini. Kita amati dari Berita di Media TV, bahwa pada awalnya yang terhimbas adalah mulai kosongnya Hotel serta Restoran, sehingga banyak Hotel dan Restoran yang tutup sementara. Hal ini tentunya menghimbas Agen Tour and Travel atau Agen Wisata dan Perjalanan.
- Maka terindikasi bahwa hingga bulan April 2020 ini, banyak Perusahaan yang telah mengalami kerugian secara keuangan, karena tidak ada kegiatan penjualan, sehingga terpaksa harus merumahkan karyawannya sementara, bahkan mem-PHK Karyawan karena tidak ada pemasukan.
Kita sebagai masyarakat awam yang semula
tidak mengetahui hal Virus, terpaksa dan dipaksa untuk mendengarkan
keterangan mengenai pencegahan serta pengenalan Virus Covid 19 dari Para Ahli
Virus maupun Staf Medis baik di TV maupun Media Sosial, guna "menumbuhkan
kesadaran bahayanya Penyebaran Pandemic Virus Covid - 19 ini".
Terkait masa inkubasi, kita ketahui
menurut para Ahli adalah 14 (Empat Belas) hari, masa
berjangkitnya Virus ini pada setiap badan manusia, yang bersentuhan dengan
Carrier (atau Pembawa Penularan Covid 19 ini). Jika daya tahan tubuh
kita baik, maka menurut para Ahli, kita dapat terhindar
dari Virus Covid-19.
Pemerintah melalui Gugus Tugas Pencegahan Percepatan Covid-19, telah menekankan kepada masyarakat untuk secara "Disiplin dengan kesadaran yang tinggi". melakukan hal antara lain dibawah ini :
Pemerintah melalui Gugus Tugas Pencegahan Percepatan Covid-19, telah menekankan kepada masyarakat untuk secara "Disiplin dengan kesadaran yang tinggi". melakukan hal antara lain dibawah ini :
- (a) berdiam dirumah (b) rajin mencuci tangan dengan sabun (c) menggunakan Masker, (d) memakan makanan yang banyak mengandung Vitamin C maupun Vitamin E (e) Mendeteksi indikasi terkena Covid 19 dari yang ringan hingga yang berat. (f) bekerja di Rumah Work From Home (WFH) (g) melakukan olahraga, namun jangan olahraga memaksa sampai lelah sekali, yang dapat menyebabkan stamina badan kita menurun, sehingga rentan terkena Covid 19.(h) jika kita terpaksa keluar rumah untuk membeli keperluan bahan pokok keperluan sehari hari, kita harus menghindari kerumunan - keramaian.
Hal mengenai balik ke tempat asalnya
masing-masing ini terindikasi terjadi dibanyak negara di seluruh dunia
ini. Malah di India, kita dapat amati banyak penduduk yang berjalan kaki
pulang kedaerah asalnya, karena transportasi umum telah dihentikan oleh
Pemerintah setempat.
- Kita amati
setiap Negara, akan meminta warga negaranya untuk kembali ke negara
asalnya atau mereka minta kepada Pemerintah asal Negara mereka untuk membantu
mempulangkan mereka ke Tanah Air asal mereka. Hal ini telah dilakukan oleh
Pemerintah Jepang, Amerika, maupun banyak negara termasuk Negara Indonesia
yang mengangkut Warga Negara Indonesia yang berada di Wuhan.
Sangat
jarang terjadi kegiatan pulang Tenaga Kerja secara masif dan
berskala besar seperti yang terjadi di akhir tahun 2019 dan
diujung Tahun 2020 ini. Memang sangat sedih dan memprihatinkan kita bersama,
atas meluasnya penyebaran Pandemic Virus Corona Covid 19 ini.
- SEMUA PIMPINAN DUNIA
DI-UJI dan DITANTANG : "KETANGGUHAN DAN KESIGAPAN MENGELOLA
PENCEGAHAN DAN PENANGGULANGAN PENYEBARAN COVID-19.
Semua Pimpinan dari berbagai Negara
didunia ini, sedang diuji dan ditantang : "ketanggugahan dan
kesigapan" mereka mengelola Pencegahan Penyebaran Pandemic Covid 19 ini, di
Negara mereka masing-masing, dimana belum ada Vacine yang ditemukan
maupun obat yang dapat menyembuhkan Virus Corona Covid 19 ini.
Bayangkan, tiba-tiba banyak sekali negara yang pada faktanya "tidak mempunyai Fasilitas Kapasitas yang Cukup Memadai", baik tenaga medis maupun perlengkapan Pelindung kepada Tenaga Medis Dokter maupun tenaga medis lainnya. Begitu juga "Kapasitas Daya Tampung Rumah Sakit", sangat kurang, mengingat "banyaknya jumlah manusia yang perlu ditangani, pada "saat yang bersamaan", sehingga semua penanganannya adalah berdasarkan "Keadaan Darurat", yang tidak pernah dialami oleh semua Negara manapun didunia ini sebelumnya.
- Para Ahli Virus, menegaskan bahwa Virus Corona Covid 19 ini adalah Virus Baru, sehingga Virus COVID- 19 ini perlu dipelajari Khatarestic Virusnya. Tantangan Besar dari Para Ilmuwan Ahli Virus adalah berlomba-lomba membuat Vaksin, guna dapat mencegah Penyebaran Pandemic Corona Covid 19 ini. Di USA, INGGRIS (lembaga Oxford), maupun di Australia menurut berita sudah dibuat Vaksine yang dicoba kepada "beberapa sukarelawan manusia", dimana kita akan menunggu kabar lanjut perkembangan hasilnya.
Penulis
Agung Supomo Suleiman
Jakarta, 26 April 2020
Masa Isolasi Di Rumah DIMASA PANDEMIC COVID-19